Kamis, 19 September 2013

Hidup untuk sebuah kehidupan


Feistrana Elvan

Shared publicly  -  7:32 PM
 
Ini adalah aku dan semua aturan hidupku
Hidup memang bukan hal mudah
Dan aku masih begitu sulit mengerti arti hidup

Ada sebuah telaga jernih
Airnya bening bagaikan tak bernoda
Ingin rasanya aku berenang dan sejenak membasuh keringat

Sejenak aku terdiam, memandang luas ke telaga itu
Lalu kusadari bahwa air tersebut berasal dari air terjun
Yang mengalirkan air sejernih ini ke telaga tersebut
Semakin tinggi air terjun itu semakin keras pula hempasan air

Lalu apakah ini bisa dikatakan arti hidup?
Yang kadang semakin tinggi maka semakin keras hempasannya jika terjatuh. Tapi, bisa mengalirkan air yang jernih dan menyegarkan bagi orang banyak

Harapan aku tidak lah banyak
Namun juga tidak lah sedikit
Aku hanya ingin mengambil sedikit air dari yang ku alami
Ibarat air terjun yang bisa mengalirkan air sejuk bagi semua orang Meskipun sangat sakit aku rasakan hempasanya jika menghantam karang terjal

Karena aku tahu ini semua proses
dari pelajaran hidup dan sebenarnya hidup
Menikmati kesedihan dan kekerasan hidup ini
Bahwa semua itu perlahan bisa membuat aku jauh lebih hidup dan,
Semakin hebat dari hari ke hari

Hargai semua waktu
Takkan ku biarkan masa muda ku dimakan egoku sendiri
Yang kadang Liar bagaikan kuda pacu

Menjadi tanah untuk orang berpijak
Menjadi air untuk kebutuhan orang banyak
Menjadi api untuk membakar semua sifat buruk dan,
Menjadi Angin untuk membelai setiap kesedihan dengan hembusan nafas kedamaian

Lalu belajar menyisakan waktu untuk sejenak merenungkan semua HAL itu


Jalan Terus 

Rabu, 18 September 2013

Come Around Again


am

Feistrana Elvan

Shared publicly  -  1:10 AM
 
 
Kalau kamu ingin bersedih
Ingatlah akan cerita indah saat dulu
Disana kamu akan menemukan betapa
Tidak perlunya hal itu
 
Terukir nama kamu di sana
Namun aku seakan tak bisa menemukan hadir dirimu
Sungguh indah polemik ini
Saat nada minorku berubah mayor

Hari kemarin sudah berakhir
Hari esok aku tak tahu
akankah aku bisa akhiri dengan nada minorku

Pelarian kali ini tanpa kamu
Dan aku masih berpikir  memegang tangamu
Tangan lembut yang pernah aku genggam

Bagaimana rasanya jika
Mata tidak mampu menahan kilauan mentari
Bagaiman rasanya jika
Udara pagi terasa sesak dirongga dada

Setidaknya semua bisa tidak aku rasakan lagi jika Kamu masih mau menyanyikan
Saatu nada indah untuk mengisi bait laguku

Usahaku sangat keras
Sehingga aku lupa aku akan diriku
Aku berusaha mengisi kehampaan
Hingga lenyap tak bersisa
Hingga aku sadar betapa sulitnya menjadi aku

Dan aku tak mau menjadi orang lain
Meski semua begitu sulit
Sesaat melupakan siapa diriku

Aku akan menggenggam duniaku
Membenahi semua kesalahanku
Dari semua yang aku inginkan dan aku punya
Rasanya tak cukup
Disitu aku akan berjuang
Untuk ku genggam dan untuk aku genggam

Jumat, 22 Februari 2013

TANBIH

Tanbih

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda :
“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara.
Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dlohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “Adzabun Alim”, yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah hati susah).
  3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.
Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya :
“Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dai makhluk lainnya.”
Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al-Maidah yang artinya :
“Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun negara".
Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”,
Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
Cobalah renungakan pepatah leluhur kita:
“ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :
“Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”.
Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya “ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).
Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.
Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Amin.
Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan

(KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin)

UNTAIAN MUTIARA
Jangan membenci kepada ulama yang sejaman
Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain
Jangan memeriksa murid orang lain
Jangan mengubah sikap walau disakiti orang
Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu
 
 
   

Sabtu, 16 Februari 2013

Jalan Terus Dan Terus Bersinar


Terus Bersinar
Bila aku adalah engkau
Bila esok terus menanti
Adakah waktu untuk menyapa
Dan merasakan yang kurasakan
BIla esok adalah awal
Adakah harapan masih menjadi milikku
Bila esok adalah akhir
Masihkah senyuman kau beri untukku
Selalu untukku
Bila engkau adalah aku
Bila cinta terus merekah
Adakah cara untuk mengungkap
Dan mengisahkan segalanya
Bila hati terus terjaga
Pastikan keajaiban menanti di hadapanmu
Bila janji terus kau genggam
Pastikan cahaya dirimu
Takkan redup dan terus bersinar

Jumat, 18 Februari 2011

Doa Tujuh






إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ 
Ilâhî Anta maqshûdî
Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud..


وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ
Wa ridhâka mathlûbî
Dan ridhaMU yang kucari...


أَعْطِنِيْ مَحَبَّـتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ
A`thinî mahabbataka wa ma`rifataka
Limpahkan daku cintaMU dan makrifahMU 


1.
اَللَّـهُمَّ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
Allahumma yâ qâdhiya l-hâjât
Wahai Allah, pemenuh segala hajat & kebutuhan…


Hajat kami banyak, ya Allah…
penuhilah hajat dunia kami, juga hajat akhirat kami…

2.
اَللَّـهُمَّ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ

Allahumma yâ kâfiya l-muhimmât
Wahai Allah, pencukup segala kepentingan… 

Cukupkanlah kepentingan rumah tangga kami…
Cukupkanlah kepentingan pendidikan anak-anak kami…
Cukupkanlah kepentingan usaha dan pekerjaan kami…
Cukupkanlah kepentingan ibadah kami…
Cukupkanlah bekal kami untuk berhaji,
sebelum mati mendatangi...

3.
اللَّـهُمَّ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ
Allahumma yâ dâfi‘a l-baliyyât
Wahai Allah, penolak segala bala’...
penepis segala bencana…


Jauhkanlah kami dari berbagai bala’ dan bencana…
- bencana natural, maupun bencana moral…
- bencana finansial, maupun bencana spiritual…
Jauhkan kami dari bencana rumah tangga, ya Allah…

4.
اللَّـهُمَّ يَا رَافِعَ الدَّرَجَاتِ
Allahumma yâ râfi‘a d-darajât
Wahai Allah, pengangkat derajat…
peninggi martabat…


Angkatlah derajat dan martabat kami…
Muliakanlah umat Muhammad ini di hadapan umat-umatMu yang lain…
Jangan Engkau perhinakan kami,
hanya karena banyaknya dosa dan maksiat yang kami buat…
Tutuplah segala cacat, aib, cela, dan kekurangan-kekurangan kami…

5.
اللَّـهُمَّ يَا شَافِيَ الْأَمْرَاضِ
Allahumma yâ syâfiya l-amrâdl
Wahai Allah, penyembuh dari segala penyakit…

Sembuhkanlah kami dari penyakit-penyakit jismani…
juga penyakit-penyakit ruhani…
Jauhkanlah kami dari penyakit munafik…

6.
اللَّـهُمَّ يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ
Allahumma yâ mujîba d-da‘awât
Wahai Allah, penjawab segala doa…

Engkau pengabul segala permohonan…
Perkenankanlah segala permintaan kami…
Sampaikanlah anak-cucu kami pada cita-cita dan harapan mereka…

7.
اللَّـهُمَّ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allahumma yâa arhama r-râhimîn
Wahai Allah, Maha Penyayang di antara para penyayang

Sayangilah kami ya Allah…
Jadikanlah kami orang-orang yang Engkau cintai,
sekaligus orang-orang yang mampu untuk saling mencintai…
Sebagaimana kami selalu mengharap ampunan dan maaf dariMu…
jadikan pula kami orang-orang yang mampu memaafkan orang lain…
Angkatlah segala marah & iri, benci & dendam,
serta kekecewaan dari diri kami…

Jadilah Seperti Pensil

Seorang cucu bertanya kepada Neneknya yang sedang menulis surat, “Nenek lagi menulis surat tentang pengalama kita ? atau pengalaman aku ?”.
Si Nenek stop menulis dan berkata kepada cucunya, “sekarang nenek yang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang Nenek pakai”.
“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si Nenek lagi. Mendengar jawab ini si Cucu lalu melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si Nenek ketika dia melihat tidak ada istimewanya dari pensil yang Nenek pakai.
“Tapi Nek, kayaknya pensil itu sama saja dengan pensil lainnya”, kata si Cucu. Si Nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung dari kamu melihat pensil ini”.
Pensil ini punya 5 kualilias yang bisa membantumu selalu tenang dalam menjalani hidup. “Kalo kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini. Si Nenek menjelaskan 5 kualitas sebuah pensil.
Apa gerangan 5 kualitas yang terdapat dalam sebuah pensil ?
Kualitas yang Pertama, Pensil ingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal hebat dalam hidup ini, layaknya sebuah pensil kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini.
Kita menyebutnya Alloh SWT. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya.
Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali.
Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah.
Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar.
Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil.
Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu.
Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan, seperti juga kamukamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”.